Oleh : Veronica Lokbere )*
ProNews.id- Gabungan aparat keamanan dengan tegas menolak permintaan Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua yang berupa senjata dan merdeka. Dalam misi penyelamatannya kali ini, aparat keamanan terus berupaya dalam berbagai cara termasuk bernegoisasi, dan menggunakan pendekatan humanisme agar membebaskan Philps Mark Mehrtens dengan selamat.
Ancaman kembali diberikan kepada Pemerintah Republik Indonesia (RI) oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua, pimpinannya Egianus Kogoya mengancam akan menembak mati Pilot Maskapai Susi Air yang menjadi sandera sejak 7 Februari lalu.
Buntut dari penyanderaan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens tersebut, pimpinan Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua Egianus Kogoya meminta syarat pembebasan Pilot Susi Air. Syarat tersebut meliputi merdeka, senjata, dan uang.
Dengan optimisme yang tinggi Pemerintah RI bisa menyelesaikan misi penyelamatan dan membebaskan Pilot dari pedalaman Papua tersebut dengan aman. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD menegaskan pemerintah akan terus mengupayakan berbagai macam cara untuk bisa sukses dalam misi evakuasi dan mampu menyelamatkan Kapten Philips Mark Mehrtens dari tangan Egianus Kogoya.
Permintaan tersebut tentu saja tidak serta merta diberikan untuk KST yang sudah banyak meneror warga sipil hingga aparat keamanan itu sendiri. Kapolda Papua Irjen Mathius Fakhiri menyatakan bahwa aparat keamanan siap memenuhi satu permintaan KST yakni menyiapkan sejumlah uang untuk membebaskan Pilot Susi Air.
Akan tetapi untuk dua syarat lainnya yang meliputi ‘merdeka’ dan ‘senjata’ tentu saja aparat keamanan dengan tegas menolaknya. Bahkan, Irjen Mathius Fakhiri juga menyatakan ketidakmungkinan mereka untuk mengabulkan kedua permintaan itu, sementara mengenai uang mereka bisa memberikannya asalkan sandera berkebangsaan Selandia Baru itu dapat dibebaskan dengan selamat.
Saat ini memang banyak usaha yang terus dilakukan agar sandera bisa bebas dengan aman, termasuk upaya negoisasi dengan melibatkan pihak keluarga Egianus Kogoya. Dengan negosiasi yang melibatkan keluarganya, diharapkan agar Egianus menyerahkan Pilot Susi Air itu.
Pasalnya, sebelumnya Egianus Kogoya mengancam akan menembak Philip Mark Mehrtens di tanggal 1 Juli. Untuk itu tanggapan dari pihak Kapolda mengatakan bahwa dirinya berharap agar hal itu tidak terjadi karena dampaknya cukup luas.
Tidak hanya cermat dalam menangani hal tersebut, akan tetapi juga diperlukan sikap tegas dalam melakukan langkah penegakan hukum. Dalam kesempatan ini, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono juga turut memberikan tanggapan soal ancaman Egianus Kogoya, bahwa dirinya memerintahkan kepada Pangkogabwilhan III Letjen TNI Agus Suhardi dengan Pangdam Cenderawasih Mayjen TNI Izak Pangemanan agar terus melakukan negoisasi.
Tak ada batasan waktu negosiasi kepada gerombolan KST Papua, ia juga mengutamakan mendahulukan negosiasi yang dilakukan oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat.
Mengenai ancaman penembakan mati Pilot Susi Air itu diharapkan agar tidak terjadi dan Egianus juga seharusnya berpikir hal kemanusiaan. Terlebih menghilangkan nyawa seseorang yang tidak bersalah merupakan tindakan kejam yang melanggar Hak Asasi Manusia. Sebagai sesama manusia, gerombolan KST Papua juga seharusnya menyadari bahwa mereka memikirkan hati nurani agar tidak hanya berpikir tentang ‘merdeka’ saja dengan mengorbankan orang lain sebagai gantinya. Hal-hal seperti ini juga diharapkan agar tidak terjadi, apabila terjadi dampaknya akan luar biasa, seharusnya mereka juga memikirkan hal tersebut.
Pasalnya, apabila permintaan ‘merdeka’ yang coba diminta oleh KST Papua dituruti, tentu akan sangat merusak adanya persatuan dan kesatuan NKRI. Selain itu, mereka sendiri juga selama ini merupakan gerombolan teroris dan separatis yang sangat banyak terus meresahkan masyarakat dengan berbagai macam tindakan tidak berperikemanusiaan yang terus mereka gencarkan.
Negosiasi merupakan langkah yang dipilih oleh aparat keamanan sebagai bentuk menghargai sisi kemanusiaan dan untuk menjaga keamanan Bumi Cendrawasih dalam menangani hal ini. Menggunakan kekerasan terus menerus juga tidak akan menyelesaikan dengan baik, di sisi lain juga harus memikirkan keamanan warga setempat demi mewujudkan situasi dan kondisi yang baik.
Kerja keras gabungan aparat keamanan juga patut diapresiasi, pasalnya persoalan ini cukup memakan waktu yang panjang untuk menyelesaikannya, pun dengan segala kesabaran, dan upaya-upaya yang terus dilakukan untuk membebaskan Pilot Susi Air dengan selamat. Belum lagi teror yang disebarkan oleh KST Papua tiada henti membuat warga resah, dan aparat keamanan berusaha untuk mengamankannya.
Maka dari itu, tindakan tegas yang dikeluarkan oleh aparat keamanan Tanah Air, yakni menolak adanya permintaan persenjataan ataupun tuntutan merdeka yang dikemukakan oleh gerombolan separatis KST Papua tersebut memang sudah menjadi sebuah tindakan yang sangat tepat diambil. Jangan sampai justru kelompok yang selama ini terus mengancam nyawa dan membahayakan masyarakat tersebut justru dikabulkan permintaannya, karena ke depan pastinya akan semakin banyak hal-hal merugikan negara yang mereka lakukan.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta