JAKARTA- Film “Mariara” mencatatkan sejarah baru bagi industri film Indonesia dengan pemutaran perdana yang sukses di Plaza Indonesia, pada Sabtu (23/11/2024).

Film yang mengangkat kisah dukun mistis dari Minahasa ini dipandang sebagai langkah besar dalam membawa cerita lokal Sulawesi Utara ke panggung nasional, sekaligus menjadi simbol kebangkitan sinema dari daerah tersebut.

Pemutaran film yang dihadiri oleh ratusan penonton ini berhasil memikat perhatian, bahkan studio XXI di Plaza Indonesia hampir penuh pada dua kali penayangannya.

Turut hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh nasional, termasuk Wakil Menteri Lingkungan Hidup Indonesia Diaz Hendropriyono, Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer, serta pakar marketing Hermawan Kertajaya, yang menyebut “Mariara” sebagai tonggak kebangkitan penting bagi film Sulawesi Utara di tingkat nasional.

“Mariara merupakan kebangkitan film Sulut di tingkat nasional. Semoga semakin banyak film daerah seperti ini yang muncul,” ujar Hermawan Kertajaya, yang memberi apresiasi tinggi terhadap upaya ini.

Disutradarai oleh Veldy Reynold Umbas, film ini menampilkan nuansa otentik Minahasa, dengan seluruh kru dan pemeran yang terlibat berasal dari Manado. Menurut Umbas, “Semua yang syuting orang Manado.

Kru dan artis ada yang baru tampil, tapi mereka dapat terlibat pembuatan film ini.” Proses produksi juga memanfaatkan sepenuhnya talenta lokal, mulai dari pemeran, penataan, hingga peralatan.

Produser Merdy Rumintjap menambahkan, “Film ini benar-benar menunjukkan kekuatan lokal yang kami miliki.” Syuting dilakukan di sembilan lokasi berbeda, termasuk Dusun Pelita di Minahasa Selatan, yang memberikan atmosfer mistis yang mendalam pada cerita.

Meski menghadapi medan yang sulit dan keterbatasan fasilitas, tim produksi tetap bekerja dengan komitmen tinggi untuk menyelesaikan film ini.

Merdy berharap film ini bisa menjangkau penonton lebih luas.

“Semoga bisa ditonton bukan cuma orang Manado, tapi juga Indonesia bahkan luar negeri,” ujarnya.

Film “Mariara”, yang segera tayang di jaringan bioskop XXI di seluruh Indonesia, tidak hanya menawarkan cerita mistis yang menyeramkan tetapi juga menyampaikan pesan sosial dan budaya yang mendalam.

Tayang perdana ini menjadi momentum penting bagi film daerah yang berharap bisa memperkenalkan budaya dan kisah-kisah lokal lebih luas lagi.

[**/ML]