Oleh : Aprilia Nova Salabay )*
ProNews.id- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Rycko Amelza Dahniel menegaskan bahwa Pemerintah RI sudah berusaha dengan maksimal semua upaya untuk membebaskan Pilot Susi Air yang menjadi sandera Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Seluruh upaya telah dilakukan dengan sangat maksimal oleh Pemerintah RI untuk menyelesaikan persoalan mengenai Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua yang secara terus menerus melakukan teror.
Bukan hanya pemerintahan, warga Kabupaten Nduga sendiri sudah muak dengan seluruh rentetan teror yang disebarkan oleh gerombolan bringas yang dipimpin oleh Egianus Kogoya itu, pasalnya mereka tidak hanya bertindak meneror warga, namun juga menghilangkan nyawa orang-orang yang tidak bersalah. Dan hal ini sudah menyalahi Hak Asasi Manusia (HAM).
Rycko menambahkan bahwa pihak pemerintahan yang menjadi satgas yaitu, gabungan TNI, Polri, BNPT, BIN, hingga berbagai lembaga kementerian juga sudah berusaha untuk menyelamatkan Pilot Susi Air itu dengan berbagai macam cara. Namun, memang perkara ini membutuhkan strategi yang matang.
Menurut Rycko, persoalan kekerasan di Papua saat ini sudah menjadi sorotan media, oleh karenanya media sudah seharusnya membantu mendorong agar dapat menciptakan perdamaian dengan menghentikan kekerasan di sana. Dengan adanya bantuan dari kawan-kawan media, diharapkan perdamaian bisa terwujud.
Akan tetapi, memang berbagai macam cara sudah dilakukan termasuk negoisasi dengan KST Papua, mulai dari pendekatan lembut, hingga dengan cara yang keras. Saat ini yang lebih penting adalah menyelamatkan sandera dari genggaman KST Papua dengan selamat dan aman, tanpa melibatkan warga sipil yang lainnya.
Sejak kehadiran KST Papua, warga Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan merasakan penderitaan yang mendalam akibat teror-teror yang dilakukan oleh mereka. Terutama ketika Kapten Philip Mark Mehrten disandera oleh kelompok pimpinan Egianus Kogoya itu. Hal inilah yang kemudian membuat warga merasakan ancaman-ancaman luar biasa.
Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Izak Pangemanan juga menyatakan hal yang sama mengenai upaya yang telah dilakukan dalam misi penyelamatan sandera Pilot Susi Air. Pemerintah daerah saat ini sedang bekerja dan terus didorong untuk mengupayakan pembebasan sang pilot demi kedamaian masyarakat. Pasalnya, akibat dari penyanderaan ini, masyarakat juga ikut menderita.
Lebih lanjut, Izak mengatakan bahwa warga dengan terpaksa meninggalkan kampung halaman tercintanya untuk berlindung dari teror yang ditebarkan KST Papua dan mencari tempat yang aman. Menurut keterangan yang beredar, sebagian warga mengungsi ke Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Tentunya, segenap kejadian akan serangkaian aksi kekejian dan kebiadaban yang dilakukan oleh gerombolan separatis di Bumi Cenderawasih tersebut membuat segenap masyarakat menjadi sangat khawatir. Termasuk juga dengan bagaimana penyanderaan yang mereka lakukan kepada Pilot dari maskapai penerbangan Susi Air, yang dikhawatirkan oleh masyarakat orang asli Papua (OAP) karena bisa saja berpotensi terjadinya kontak tembak sehingga semakin mengancam keselamatan serta keamanan dari warga setempat.
Mengetahui bagaimana kondisi psikologis yang dimiliki oleh masyarakat di Tanah Papua itu, kemudian Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Laksamana Yudo Margono menyatakan bahwa pihaknya sama sekali tidak akan melakukan penyerangan secara langsung dengan menggunakan kekuatan militer untuk menyerbu KST Papua dalam upaya misi evakuasi, penyelamatan dan pembebasan kapten pilot bernama Philips Mark Mehrtens berkebangsaan Selandia Baru tersebut.
Bukan tindak kekerasan dan pendekatan militer yang dilakukan, melainkan pihak jajaran aparat keamanan akan terus mengdepankan adanya pendekatan yang sangat humanis dengan proses membuka ruang komunikasi serta negosiasi dengan sangat lebar agar pihak gerombolan separatis pimpinan Egianus Kogoya itu diharapkan bersedia untuk membebaskan pilot sandera mereka agar tidak sampai jatuh korban dan seluruhnya berjalan dengan lancar dan aman.
Proses negosiasi dengan pimpinan KST Papua, Egianus Kogoya tersebut juga terus dilakukan dengan tanpa adanya batasan waktu. Alasan mengapa jajaran aparat keamanan di Indonesia enggan untuk melakukan pendekatan dengan kekuatan militer dalam upaya pembebasan sang pilot tersebut dikarenakan memang untuk menjaga agar tidak sampai terjadi korban jiwa dari kalangan masyarakat sipil yang tidak bersalah.
Bahkan, dalam upaya proses rangkaian negosiasi dan pembukaan ruang komunikasi yang lebar kepada pihak KST Papua itu jajaran aparat keamanan pun tidak ikut secara langsung di sana lantaran dikhawatirkan akan bisa memicu adanya ketengangan, sehingga proses tersebut dibantu dengan pihak Penjabat (Pj) Bupati Nduga, Edison Gwijangge.
Seluruh daya upaya untuk melakukan misi evakuasi, penyelamatan dan pembebasan Pilot Susi Air yang disandera oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua terus dilakukan dengan semaksimal dan seoptimal mungkin. Pemerintah Republik Indonesia (RI) sendiri juga telah melakukan segenap strategi agar upaya pembebasan tersebut bisa berjalan dengan lancar dan penuh kedamaian.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Kalimantan