Oleh : Marlon Dani Latuihamallo )*
ProNews.id- Sampai saat ini, pilot Susi Air Kapten Phillips Marthen masih menjadi korban penyanderaan oleh Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua pimpinan Egianus Kogoya. Pemerintah tak tinggal diam dan Presiden Jokowi mengupayakan berbagai cara agar sang pilot bebas. Dengan diplomasi maka pemerintah optimis Kapten Phillis akan segera dibebaskan.
Pesawat Susi Air dibakar dan pilotnya disandera. Peristiwa menegangkan ini terjadi di Kabupaten Nduga, Papua. Aparat bergerak cepat dan menindak tegas KST yang melakukannya. Kelompok separatis ini harus ditindak dengan tegas terukur agar tidak menculik sembarangan dan mencoreng nama baik Papua di mata dunia.
Kelompok Separatis dan Teroris (KST) beraksi kembali dan kali ini mereka menyandera pilot berkebangsaan asing dan penumpang Susi Air di wilayah Nduga. KST dikecam keras oleh masyarakat karena selalu melakukan tindak kejahatan.
Penyanderaan yang dilakukan KST dikecam keras masyarakat karena mereka menculik seseorang yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah atau aparat. Sang pilot (Capt Phillips) adalah warga negara asing dan tidak memiliki koneksi dengan pemerintah, tetapi dianggap sebagai mata-mata.
Saat ini Polda Papua berupaya menyediakan uang sebanyak Rp 5 Milyar sebagai salah satu win-win solution jika KST meminta uang tebusan. Pasalnya, gerombolan KST Papua terus berupaya meminta Kemerdekaan Papua dari Indonesia dan hal tersebut tentu tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah.
Walau pilot Susi Air belum dibebaskan tetapi pemerintah tidak tinggal diam. Presiden Jokowi mengupayakan beragam cara untuk membebaskannya. Presiden Joko Widodo merespons soal kabar KST meminta tebusan besar untuk membebaskan Pilot Susi Air Philip Mehrtens.
Presiden Jokowi menyatakan bahwa beliau enggan membenarkan atau membantah soal tebusan itu. Akan tetapi, pemerintah pasti akan menempuh berbagai cara untuk membebaskan Kapten Phillips. Semua cara digunakan agar menghasilkan sesuatu. Beliau tak bisa membeberkan upaya-upaya pembebasan yang dilakukan. Namun Pemerintah meyakinkan publik tentang rencana pembebasan pilot Susi Air.
Dalam artian, pilot Susi Air akan dibebaskan oleh pemerintah dan tidak dibiarkan begitu saja. Walau ia adalah seorang warga negara asing, tetapi penculikannya ada di Indonesia, sehingga pemerintah akan bertanggung jawab.
Sementara itu, Kapolda Papua Inspektur Jenderal Mathius D. Fakhiri telah menyiapkan uang tebusan jika KST meminta hal tersebut. Dia mengatakan permintaan itu akan dipenuhi asal tak berkaitan dengan kemerdekaan Papua. Kemudian, untuk uang yang juga diminta akan disiapkan dan diserahkan kepada Egianus Kogoya asal sandera yang berkebangsaan Selandia Baru dibebaskan dan diserahkan ke aparat keamanan.
Jika mereka masih meminta uang atau barang maka masih bisa diberikan, asal sandera segera dibebaskan. Namun kemerdekaan Papua tidak akan pernah terjadi karena secara hukum internasional dan nasional, Papua adalah bagian dari Indonesia. Lagipula KST salah sasaran karena sang pilot adalah warga negara asing, bukan WNI.
Walau permintaan KST ditolak bukan berarti pemerintah tinggal diam. Aparat keamanan terus diterjunkan dalam rangka misi pemberantasan KST sekaligus perburuan anggota mereka, demi menyelamatkan Kapten Phillip.
Salah satu pimpinan KST, Jefri Pagawak masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Keberadaan Jefri diketahui ada di Papua Nugini (PNG). Hal ini diungkap oleh Kepala Operasi Damai Cartenz 2023, Kombes Pol Faizal Ramadhani.
Di samping itu, pilot Susi Air yang masih disandera KST pimpinan Egianus Kogoya dipastikan dalam kondisi sehat. Aparat terus melakukan pencarian dan penangkapan KST sampai berhasil menangkap anak buah Egianus Kogoya, berinisial YL. Ia bertugas sebagai mata-mata yang mengawasi apakah ada aparat yang melakukan pengejaran terhadap KST.
Dengan ditangkapnya YL maka adalah sebuah hal yang bagus karena ia bisa diinterogasi, agar mengaku di mana markas-markas KST. Ia juga dipaksa memberi tahu lokasi tempat penyanderaan pilot Susi Air agar bisa segera ditemukan dan dibebaskan.
KST harus ditindak tegas agar tidak seenaknya melakukan penculikan dan pembakaran pesawat. Terlebih yang dibakar adalah pesawat komersial, bukan milik pemerintah (perusahaan BUMN) sehingga tidak ada hubungannya sama sekali dengan pemerintah pusat.
Tim Gabungan dari Operasi Damai Cartenz terus mencari di daerah Nduga dan sekitarnya dan mereka bertekad untuk menemukan markas KST, yang diduga jadi tempat persembunyian Egianus Kogoya cs.
Ketika nantinya bertemu dengan KST maka aparat diperbolehkan untuk melakukan tindakan tegas terukur. Penyebabnya karena mereka adalah teroris yang tega membakar pesawat dan menculik penumpang serta pilotnya dengan kejam. Hanya dengan tindakan tegas maka KST bisa diberantas dan tidak akan mengulangi kejahatannya.
Presiden Jokowi mengupayakan berbagai cara agar pilot Susi Air yang diculik oleh KST segera dibebaskan. Sementara itu, aparat keamanan terus memburu KST agar tertangkap dan memberi informasi di mana Capt. Phillips disembunyikan. Oleh sebab itu, diperlukan dukungan semua pihak untuk terus mendukung upaya Pemerintah untuk menyelamatkan sandera dari tangan KST.
)* Penuli adalah Mahasisswa Papua Tinggal di Balikpapan